Jumat, 15 November 2013

visualisasi kimia

http://eemoticons.netguys, pernah ga kita ngerasa ga paham sama sekali dengan apa yang dosen ajarkan kepada kita.
pasti banyak banget dari temen temen yang  sulit banget ngebayangin pelajaran yang baru kita kenal. untuk orang orang eksak seperti kita nih, emang cenderung sulit banget buat berkhayal, karena kita sudah terbiasa tengan hal hal yang menurut kita masuk akal. lha celakanya...mungkin kita bakal paham kalo kita udah praktikum atau setidaknya pernah melakukan apa yang dibicarakan, tapi ga mungkin kan kita bisa praktikum sebanyak itu. selain alat juga ga memadai, kegiatan itu juga menyita banyak waktu guys...
kita perlu adanya visualisasi/ penggambaran bagaimana suatu keadaan dapat terjadi
contohnya nih, titrasi asam basa, atau mungkin penggambaran kondisi setimbang atau equilibrium. kita cenderung hanya menghafal rumus tanpa mengetahui prosesnya.
nah, kini kita bisa ko melihat prosesnya, walaupun hanya sekedar animasi ya,http://eemoticons.net
tapi menurut saya its not bad. untuk melihat proses/ penggambarannya kalian bisa langsung kunjungi  web ini

http://eemoticons.netselamat mencoba

cerpen


Jodoh untuk  nadia

Suasana rumahku memang sekarang sedang ruwet, maklum saja hari hari ini orang rumah sedang sibuk sibuknya menyiapkan segala keperluan pernikahanku yang akan dilaksanakan 3 hari lagi.
“tante tante,mana calon omku tee..ayo kenalin ke kita...”
Aku hanya tersenyum mendengar ocehan keponakanku yang lucu ini. “iyya..sebentar ya sayang...om nya lagi sibuk sekarang,nanti ya tante kenalin”jawabku melegakan hatinya.
Suasana ini membawa anganku terbang jauh,mengingat pertemuanku dengan pangeran hatiku yang akan segera menjadi imamku tersebut.
###
Namaku nadia,yahh..itulah nama yang diberikan ayah dan ibuku 22 tahun yang lalu. Aku terlahir dari keluarga pondok pesantren yang terkenal di kotaku. Pesantren Khosnul Khotimah, itulah nama pesantren yang dibesarkan oleh nenek buyutku,jauh sebelum aku dilahirkan didunia. Dan kini, ayahku lah yang menjadi kyai besar pesantren itu, tidak heran kehidupanku..tingkah lakuku..semuanya diatur serapi mungkin berdasarkan aqidah agama islam. Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, dan sialnya kedua kakakku adalah laki laki, aku adalah anak perempuan satu satunya abah. Mulai kecil aku dididik untuk menjadi perempuan seutuhnya, yang cantik,anteng di rumah. Namun, sayangnya aku bukanlah anak yang seperti itu. Aku adalah anak yang easy going , suka bergaul, dan cerewet. Jauuhh dari anggapan anak perempuan yang diharapkan abah dan umi. Sehingga jangan heran kalo aku selalu beradu argumen dengan  kedua orag tuaku,terutama “abah”.
“abahh..aku mau kuliah di universitas besar di jakarta” ucapku sekonyong konyong sesaat setelah pengumuman kelulusan Madrasah aliyah tempatku sekolah.
“nduukk..kamu itu cah wedok, ra usah macem macem, wong disini juga banyak universitas yang bagus,pokoknya abah ga setuju kalo kamu kuliah jauh jauh”
Tegas abah saat aku ngotot pengen kuliah diluar kota.
“kenapa semuanya selalu dihubung-hubungin sama kodratku sebagai perempuan mas.” curhatku suatu saat dengan mas deden, kakak keduaku. “ya sudah lah neng...terima saja,tho itu juga buat kebaikan kamu. Abah sama umi itu kuatir sama kamu neng”jelasnya dengan nada yang halus sekali,mungkin dia tau kalo dia menjawab dengan kalimat yang agak salah sedikit saja,aku akan semakin mencercanya dengan lebih banyak pertanyaan. Saat ini, mas deden memang sedang liburan. Mas deden lebih tua 4 tahun diatasku. Sekarang dia sedang kuliah S2 di Al-Azhar. Seraya liburan begini,mas deden sering mendengarkan curhatanku selama berada di indonesia. Seperti yang dilakukannya saat ini, dibawah pohon mangga dibelakang rumah, aku dan mas deden sering menghabiskan waktu santai,sambil melihat pemandangan pedesaan yang ada kira kira 500 meter dari rumah,tentunya dengan memanjat ranting ranting pohon mangga,hehee. Selagi abah dan umi tidak melihatnya,aku sih enjoy enjoy saja melakukannya, kalo ketahuan abah sama umi,bisa bisa aku dihukum ndak boleh kesini lagi. “dek,mas ga bisa lama lama temenin adek disini,mas ada janji sama temen pondok mas dulu” mas deden tampaknya mau pergi kesuatu tempat dengan temannya.
“yahh..mas ko gitu..nadia kan masih kangen mas,ko ditinggal tinggal gitu..truz nadia sama sapa??”tampangku mulai merajuk manja. Tiba tiba saja hp mas deden berbunyi, mas deden langsung meraih hp yang ada disakunya itu. “assalamu’alaikum akhi”
“walaikumsalamm, aku sekarang didepan rumahmu den.”
“oalaahh...masuk saja lah zam...aku ada ditaman belakang rumah,masuk saja..”
“ooohh..iyya den..sebenarnya tadi sudah dipersilahkan masuk sama abah kamu, tapi saya masih sungkan”
“halahh..zamm..zam..kaya sapa aja ko ya pake sungkan sungkan segala,ayo masuk,saya tunggu dibelakang”
“iyya den..saya kesana..assalamu’alaikum”
“walaikumsalam”
Aku hanya mendengar percakapan mereka lewat jawaban jawaban mas deden, sepertinya mas deden dan temannya ini akrab sekali. Aku penasaran sekali, siapa sebenarnya yang akan bertemu mas deden, semua teman mas deden rasanya aku kenal semua. “siapa mas??”
“azzamm dek...masih ingat??temen mas mondok di jogja dulu. ”aku hanya menggeleng geleng, sambil nyengir. “ya sudah..mas mau siap siap dulu, nanti kalo dia kesini,panggil mas ya” aku hanya mengedipkan mata tanda mengerti.
Kulanjutkan acara lamun melamunku sambil pandanganku jauh memandang pedesaan itu, tentu saja aku masih enggan turun dari pohon mangga tempatku nangkring.
“assalamu’alaikum...”
“assalamu’alaikum...” panggilan kedua inilah yang akhirnya menyadarkanku dari lamunan “astagfirullah...iyya..walaikumsalam...” jawabku asal,sambil tergopoh gopoh turun dari pohon mangga. Maklum saja, aku takut kalau saja teman mas deden tau, putri abah ini sedang gelantungan naik naik ranting pohon mangga. Tapi sepertinyya terlambat, saat aku akan turun,ternyata sesosok lelaki tampan telah memergokinya yang sedang berusaha turun, dan akhirnya karena panik, peganganku di ranting melemah dan akhirnya
“Bruukkk...”
Aku terjatuh dari pohon mangga.http://eemoticons.net
“aduuhhh...” aku terpaksa menjerit,
“astagfirullah...mbak ngga apa apa??”pemuda itu menghampiriku, aku tau mungkin ini teman mas deden. Aku bingung..akhirnya aku pun bergegas bangun,dan lari secepat cepatnya kedalam rumah, hingga menabrak mas deden yang baru keluar dari kamarnya. Bruukk!!!
“astagfirullah nadia...ada apa ko lari lari begini”
“emmhh...emmhh..ndak apa apa mas” aku cepat cepat masuk kamar. Didalam kamar, aku menyesali perbuatanku, mengutuk diriku sendiri. Bukan masalah sakit gara gara jatuh dari pohon mangga, tapi ini masalah malunya pada pemuda tampan teman masku sendiri. Pikiranku mulai melayang layang sendiri
Adduuhh..bagaimana kalau mas itu tadi cerita ke mas deden,trus mas deden cerita ke abah dan umi. Atau kalau ga gitu..jangan jangan nanti dia bilang bilang sama santri santri lainnya,bisa hilang pamorku dikalangan santri santri. Bukankan aku ini anak pak kyai yang harusnya anteng dirumah,ngaji,bukan malah petangkringan di atas pohon mangga!!. Aduuhhh...bagaimana ini,aku maluu..aku ndak mau ketemu mas itu lagi..malu..
###
“bagaimana kabarnya keluarga zam??baik??” deden memulai pembicaraan.
“alhamdulillah..bagaimana denganmu?”
“alhamdulillah zam...bagaimana sekarang,sudah berkeluarga?dapat orang mana zam?”tanya deden penasaran, sambil sedikit berekspresi menggoda sahabatnya tersebut
“walahh...den..kamu ini seperti tak tau aku saja, aku baru saja diangkat menjadi dosen muda di universitas gajah mada,belum kepikiran kesana,padahal sebenarnya sudah waktunya ya”,terang nya sambil tersenyum ”kalau kamu bagaimana?aku dengar,kamu baru saja mengkhitbah putri seorang kyai den”.
“hahhaaa kamu ini, tau saja, maaf sebelumnya, ndak sempat kabarin kamu. Maklum saja calon istriku ini berdomisili di mesir,jadi kan tidak mungkin aku merepotkanmu untuk datang jauh jauh dari indonesia ke mesir zam” jelasnya sambil menyeruput secangkir capucino hangat yang baru disajikan pelayan cafe tempat mereka mengobrol kali ini.
“tidak apa zam...aku doakan semoga nantinya pernikahanmu lancar,menjadi keluarga yang sakinah,mawadah dan warahmah...amiiinn”
“terima kasih zam..aku doakan kamu akan segera menemukan bidadari surga yang akan menemani hari tuamu”
Mereka pun langsung larut dalam obrolan yang panjang,mengingat tentang masa lalu mereka saat dipondok pesantren tempat mereka menggali ilmu dulu.
“ohh iya den, tadi waktu aku masuk ke taman belakang rumahmu aku bertemu seorang wanita berhijab, dia sedang melamun di atas pohon mangga,siapa dia den?” rupannya azzam penasaran dengan peristiwa lucu yang dialaminya tadi.
“oalllahhh...itu nadia..”
“Masih ingat??nadia adikku yang dulu sering maen maen sama kita” deden menjelaskannya dengan wajah yang sangat ekspresif
“nadia tho, masyaAllah..dia sekarang sudah dewasa, cantik pula”akhirnya rasa penasaran azzam pun terjawab, ternyata dara cantik yang ditemuinya itu adalah nadia, kawan masa kecilnya sekaligus cinta monyet yang belum sempat terungkapkan dulu.
Setelah dirasa cukup untuk jalan jalan mengingat masa lalunya bersama deden, akhirnya azzam dan deden kembali pulang. Azzam mengantar deden pulang, sebab deden tidak membawa kendaraan.
“masuk zam..biar aku panggilkan abah sama umi dulu” azzam pun mengikuti kata kata deden, azzam masuk tetapi belum sempat duduk di sofa, azzam melihat sebuah foto keluarga dimana di foto tersebut ada abah, umi, mas rif’an, deden dan seorang perempuan cantik dengan kerudung merah marun, yang dia ketahui sebagai nadia. Nadia memang tetap cantik, sama seperti dulu. Astagfirullah, azzam mulai mengucapkan istigfar untuk meminta ampun pada Allah karena dia mulai menaruh rasa pada wanita tersebut yang dengan jelas bukan muhrimnya.
“assalamu’alaikum nak azzam..”terdengar suara lembut dari arah belakangnya. Sontak saja azzam menjawabnya. Ternyata abah yang menyapanya tadi. Mereka mengobrol banyak, hingga tak terasa telah 15 menit berlalu. Ada seorang wanita dengan jilbab anggun menutupi mahkotanya, indah sekali. Wanita itu datang dengan membawa nampan berisi 2 buah gelas diatasnya. Nadia!! Jelas sekali wanita itu nadia. “assalamu’alaikum mas azzam”sapaku  dengan wajah tertunduk, menutupi wajahku yang merah karena malu.
“wa’alaikumsalam nadia” jawab azzam dengan lembut.
“nadia, masih ingat nak azzam? Ini teman masmu dulu,yang sering kesini waktu masmu mondok di jogja itu lho nduk”
“iyya abah..nadia ingat, abah..mas azzam..  nadia pamit dulu ke dapur, mau bantu umi” sebenarnya itu adalah alasanku saja agar aku tidak dipaksa abah untuk duduk diruang itu, bersama mas azzam. Sungguh ku sangat malu, bahkan untuk melihat wajahnya pun aku tak mampu, sepertinya rasa maluku ini telah marasuk dalam aliran darahku. Setelah mengantar minuman aku kembali menemui mas deden yang sedang ada di ruang santai. “mas,lagi apa?ko melamun gitu?”
“eh, nadia.. mengagetkan saja, tidak ada.. mungkin mas hanya kangen saja sama calon mbakmu, hehee” ,mas deden akhirnya mengaku juga. Masku ini memang akan segera menikah akhir bulan ini. Mbak aisyah nama calon istrinya, wanita seutuhnya, tak seperti aku yang suka pecicilan seperti ini.
“mas deden beruntung akan mendapatkan istri seperti mbak asiyah. Wanita yang insyaAllah sholehah, cantik, baik, lembut, pokoknya siip deh. Gak kayak aku,hehee” aku nyengir mengakhiri kalimatku tersebut.
“takdir yang mempertemukan kita nad, dan insyaAllah takdir pula yang akan memisahkan kita nanti. Mas pasrah, kalau dia memang jodoh mas dia akan jadi istri yang sempurna bagi mas.”
“ehm..ehm..dewasa banget masku yang satu ini. Mas,boleh nadia tanya?”
“oohh..ya tentu boleh..kalau mas bisa jawab,insyaAllah akan mas jawab”
Aku sebenarnya ragu untuk menanyakan hal ini, tapi entah mengapa bibir ini ingin sekali melontarkan pertanyaan ini. “tapi jangan diketawain ya mas,janji?”
“hahhaahaa ada apa sebenarnya nadia, insyaAllah mas tidak akan menertawakanmu adekku”
“janji??”
“janji...!!memang kamu mau tanya apa?”
“jangan diketawain lho ya, nadia cuma tanya lho ya mas, ndak ada maksud apa apa, nadia mau tanya...” aku diam sejenak,mempersiapkan diri untuk ditertawakan oleh mas deden,tapi aku tidak bisa menahannya lagi. Akhirnya dengan perlahan aku katakan “mas azzam sudah punya istri?”
Mas deden sedikit kaget, kemudian tertawa terbahak bahak hingga suaranya terdengar sampai ruang tamu,tempat mas azzam dan abah sedang berbincang. Aku yang bingung kemudian segera mengklarifikasi pertanyaanku.
“apaan sih mas deden, nadia kan cuma tanya!!”jawabku sedikit cemas
“hayooo...adek mas ini mulai suka ya sama azzam...hayoo ngaku” goda mas deden.
“enggak kok, kan aku cuma tanya...” mas deden tetap saja tertawa. Hingga akhirnya abah memanggil mas deden untuk keluar.
“den...deden...ini lho temani nak azzam dulu,”teriak abah dari dalam.
“mas mau kedalam dulu ya nad, nanti mas salamkan ke azzam” goda masku ini tak henti henti
“jangan mas..jangan...”pintaku sambil sedikit merengek
“baiklah, kalau begitu..aku ikut mas kedepan menemui mas azzam!!” putusanku ini aku kira akan membuat mas deden merubah pikirannya, namun aku salah, mas deden langsung saja menarik tanganku,sedikit menyeretku untuk ke ruang tamu. Aku bingung, harus bagaimana, akhirnya aku pasrah karena nyatanya aku telah berada di ruang tamu. Tepat dihadapan lelaki berwajah tampan itu, subhanalllah, begitu indah ciptaanmu.
“ini ni nadia zam, dia sudah besar sekarang, jangan tertipu dengan sikapnya yang lembut zam, dia sebenarnya laki laki, bukan perempuan!!” jelas saja perkataan mas deden akan menurunkan pamorku didepan mas azzam.
“enak aja.. orang aku orangnya lembut gini, bo’ong mas” sontakku
Akhirnya kita pun mengobrol heboh, mas deden tetap saja mengejekku didepan mas azzam. Sedangkan mas azzam tak henti hentinya tertawa melihatku dan mas deden perang.
“hadduuhh..kalian ini ndak berubah berubah, mulai dulu tetap saja seperti ini, selalu bertengkar, aku iri sekali dengan kalian, tetep kompak” puji mas azzam.
“kompak apaan coba’,  wong kitanya kaya gini dibilang kompak.” Elakku. Aku senang, mas azzam tertawa lebar seperti ini. Aku tau, ini semua tak lepas dari usaha mas deden untuk mencairkan suasana. Aku tak lagi malu, aku tak lagi takut bertemu mas azzam, nampaknya aku benar benar harus berterima kasih pada kakakku yang satu ini. Terima kasih mas deden. “eh zam, bagaimana kalau besok kita jalan jalan, makan makan bareng kaya tadi itu”
“boleh boleh den,nadia mau ikut?”
Aku kaget, tentu saja aku mau.
“nadia diajak mas?boleh..”
Kulirik mas deden yang tertawa puas ke arahku, pasti dia tau betul apa yang kurasakan saat ini. Wahh..aku bahagia.http://eemoticons.net
###
Sore ini aku dan mas deden sedang berada di suatu cafe klasik, entah mengapa mas azzam belum juga datang padahal kita janji akan bertemu jam 4 sore ini. “dek,azzam mana ya?” masku yang satu ne mulai cemas. Sebab sudah setengah jam lebih kita menunggu tapi tak ada tanda tanda mas azzam akan datang.
“tunggu saja mas,mungkin mas azzam kejebak macet,kan mas tadi liat sendiri kalo lagi ada demo dikota.”ku harap mas deden akan mengerti, dan kembali tenang sebab aku juga tak mau pertemuan ini batal karna ketidaksabaran mas ku ini. Akhirnya sebuah telfon memecah kegelisahan hati mas deden
“halo assalamu’alaikum,iyaa ada apa zam” jelas saja aku langsung tau kalau telfon itu dari mas azzam.
“ooalaahh begitu,begini saja nanti biar nadia yang tunggu kamu disini. Soalnya aku setelah ini ada janji zam.bagaimana??”
“baiklah...aku tinggal dulu ya kalau begitu zam,okkeh...assalamu’alaikum” akhirnya mas deden mengakhiri pembicaraannya. Aku memang paham benar kesibukan mas ku ini. Pagi hari dia harus ngurus pondok, mengajar madrasah, juga mengurusi segala macam persiapan pernikahannya. Dan sore ini rencananya mas deden dan abah akan pergi untuk mencarikan mahar bagi calon istrinya tersebut.
”ada apa mas?”
“dek,bisa ga mas minta tolong ke kamu” aku masih bingung dengan permintaan mas deden.
“insyaAllah mas, mau minta tolong apa?”
“mas kan habis ini mau keluar sama abah,lha azzam sedang ada diperjalanan akan menuju kesini. Sudah tak mungkin rasanya mas menunggu azzam, kamu juga tau bagaimana abah kalo kita telat janji. Jadi mas minta kamu temani azzam ya dek” aku tak percaya, tumben sekali mas deden memperbolehkan aku keluar berdua dengan laki laki lain selain abah, mas deden dan mas abdul.
“tapi kan mas...”belum saja aku selesai mengutarakan pendapatku mas deden langsung menepisnya. Seakan dia tau apa yang ada dipikiranku.
“aku percaya azzam dek, meskipun kamu dan dia sedang berdua tanpa aku, aku yakin dia akan menjaga kehormatanmu” aku tersenyum,semakin yakin dengan pilihanku. Tidak mungkin seorang mas deden  begitu percaya dengan orang yang belum tau baik buruknya, mas ku adalah tipe orang pemilih dan jujur. Jika tidak suka,dia akan menolak apapun itu alasannya. “baiklah mas, akan aku tunggu mas azzam disini, mas pergilah, carikan mahar yang baik untuk calon kakak iparku,”
Aku semakin penasaran dengan mas azzam, pemuda yang tampan, baik, pintar, sopan dan insyaAllah sholeh itu belum mempunyai calon istri. Siapa yang tak mau jadi istrinya, mungkin bidadari surga pun akan luluh jika dipinangnya. Andai saja yang dipilihnya aku, aku mungkin akan beruntung sekali memiliki imam seperti dia. “assalamu’alaikum” lagi lagi seseorang mengagetkanku.
“walaikumsalam”
kuamati sosok didepanku, dan sekali lagi tak dapat ku hindari pesonanya.
“sudah lama menunggu?”
Aku tersenyum, sedikit kubuat buat sebenarnya “ah..tidak mas azzam,monggo mas”
kupersilahkan dia duduk di kursi depanku.
Aku bingung mau bicara apa,rasanya salah tingkah,
“maaf ya, tadi ada panggilan mendadak dari kampus, jadi saya harus menghadap sebentar.”
“oohh..ngga apa apa mas, tapi maaf lho ya akhirnya cuma nadia yang datang dan bisa mas azzam temui,soalnya..”
“deden mau cari mahar buat calon istrinya” mas azzam melanjutkan.
Akhirnya kami tertawa bersama,tepat sekali seperti yang kan aku bicarakan. Kami pun berbincang bincang banyak, dia cerita, aku pun cerita. Dia banyak cerita tentang pengalamannya, dia ternyata ndak jaim, dia juga lucu. Rasa kagumku rasanya sudah hampir memuncak. Tiba tiba suatu pertanyaan menyudutkanku.
“nadia sudah punya calon suami?”
Aku terdiam, bagaimana bisa aku mengatakan bahwa suami yang aku inginkan adalah dia.
“ko diem?”desaknya
Aku tersenyum, menutupi keraguanku menjawabnya.
“belum mas,mungkin Allah masih bingung kali ya pilihin jodoh buat nadia, habis nadia orangnya gini sih, petikalan, ndak bisa diem, lagian nadia juga masih muda mas,mungkin belum siap, kan masih baru lulus kuliah”  aku tersenyum lagi.
“jodoh nadia itu sudah ditentukan ko sama Allah, kalau sudah ketemu jodohnya, kita ngga akan berpikir kita belum siap, atau masih muda, atau apa lah. Kalau Allah mau, nadia bisa nikah besok, atau minggu depan, atau kalo ngga bulan depan mungkin,”
“Allah tau yang terbaik buat kita,buat nadia,buat mas deden, juga buat mas” kata katanya begitu bijaksana. Dia menyampaikan dengan halus, tak menyinggung aku sama sekali.
“kalau mas azzam sendiri bagaimana?sudah punya calon?pasti banyak yang suka sama mas, kan mas baik, pinter pula” kali ini giliranku bertanya.
Mas azzam tertawa, mungkin melihat ekspresiku membuat dia geli.
“jangan bilang bilang mas deden ya,rencananya minggu ini mas akan mengkhitbah seorang anak kyai.” Aku terkejut, sungguh. Rasanya harapanku mulai lenyap. Bagaimana mungkin, seseorang yang ku cintai kini berbicara didepan mataku dia akan mengkhitbah orang lain. Rasanya air mataku ingin jatuh, tenggorokanku mulai pahit, ingin rasanya aku lari pulang dan menangis di pelukan umi.
“dia cantik,juga baik,mas yakin insyaAllah dia juga akan menjadi istri yang sholehah. Mas sudah kenal dengan keluarganya, mas harap kedatangan mas besok disambut baik”
Aku masih tertegun, mas azzam sepertinya sayang sekali dengan wanita itu. Sungguh beruntung dia, akan mendapatkan mas azzam.
“eehh..ko malah melamun, ayo dihabiskan dulu minumnya, setelah ini kita pulang ya, sudah malam”aku segera sadar, aku sudah tak semangat lagi seperti awal tadi sebelum ketemu mas azzam. Dalam perjalanan pun aku lebih banyak diam. Aku menahan tangisku, aku takut kalau aku banyak bicara nanti tangisku pecah. Hingga akhirnya aku sampai di rumah, umi menyambut mas azzam. Abah dan umi ku memang senang sekali dengan mas azzam. Selalu saja mereka membicarakannya.
“nak azzam itu orang yang baik lho nduk,sudah ganteng, ndak kakean polah, pinter, haduuhh...umi juga mau punya  mantu kaya dia nduk” teringat kata kata umi kala itu membuatku semakin teriris.
Mas azzam tak mampir,dia langsung pulang setelah pamit umi, akupun tak menunggu dia hingga pulang. Setelah sampai rumah aku langsung lari kekamar, rasanya sudah tidak kuat aku menahan air mataku. Aku menangis sejadinya hingga paginya mataku sembab.
“kenapa kamu dek?”sudah jelas mas deden ingin tau. Kujawab saja asal
“digigit semut mas, mungkin karna aku terlalu manis kali yak”kuselipkan sedikit humor untuk menutupinya. Mas deden pun akhirnya dengan mudah ku tipu.
###
Seminggu sudah tak ada kabar dari mas azzam, aku mengerti mungkin dia sedang sibuk mempersiapkan acara lamarannya. Dirumah pun masih sibuk, acara pernikahan kakakku baru tadi malam selesai. Dirumah masih banyak orang orang suruhan abah yang membersihkan rumah. Aku juga masih sibuk membantu mbak aisyah membersihkan kamar pengantinnya yang tadi malam penuh dengan hiasan.
“capek ya mbak..kasian mbak,baru nikah sudah harus beberes kaya ginian”
“ngga apa apa nad, ini kan juga buat mbak”
Riasan tangan yang masih tersisa ditangannya menambah cantiknya. Memang tak salah mas deden memilih istri. Didepan nampaknya ada tamu, mungkin wali santri yang ingin menjenguk putranya. Kulihat dari balkon kamar mbak aisyah beberapa mobil mewah menghiasi halaman rumahku.
“wihh wiihh mbak, liat deh bagus ya mobilnya, mau jenguk anaknya saja bawa 5 mobil mbak,pasti orang tuannya kaya”
Mbak aisyah senyum senyum melihat tingkah polah ku,
“aku seneng deh,sekarang aku ada temennya. Ngga kaya dulu, kalau mau curhat harus nunggu mas deden pulang kuliah dulu,” ku peluk kakak iparku yang baru ini.
“memangnya mas abdul ngga pernah kesini dek”
“mas abdul itu ya jarang kesini mbak,rumahnya kan jauh, di aceh sana. Paling paling kesini pas ada hajatan gini, sama pas lebaran”terangku.
“besok kalau nadia menikah, pasti sepi disini,makanya mbak mau tinggal disini saja nemenin abah sama umi”
“ya kan masih lama mbak,nadia kan masih belum siap mbak”
“kalo jodohnya datang ngga ada istilah belum siap nadia”ucapan mbak aisyah mengingatkanku pada mas azzam. Dia juga pernah bilang seperti itu padaku. Ya Allah,masih saja hambamu ini mengharapkannya, ampuni hambamu ini jika hamba telah mencintai jodoh orang lain.
Tok tok tok, “nadia keluar nak,” kudengar suara umi memanggil. Segera aku keluar dari kamar mbak aisyah.
“ada apa umi,nadia lagi bantu mbak aisyah”
“ayo sekarang dandan yang cantik,yang anggun, jangan malu maluin abah dan umi” aku bingung,kenapa jadinya aku disuruh dandan.
“umi,kasian mbak aisyah beres beres sendirian, umi malah nyuruh dandan,gimana tho” aku tetap saja ngeyel.
“sekarang waktunya nadia bantu bapak ngomong didepan” aku semakin bingung saja dengan kata kata umi,
“kalau abah mau dibantu ya ayok mi,ngapain musti dandan, kelamaan ntar”
“haduh haduh,cah wedok siji kii, kalau umi bilang dandan ya dandan” umi kelihatannya jengkel melihat aku yang selalu saja membantah. Di dorongnya aku sampai depan kamarku. Benar benar tepat didepan kamarku.
“ ya sudah, nadia dandan, yang cantik tho, iyya..nadia dandan” jawabku sedikit agak manyun.
Akhirnya aku menyerah, kuturuti saja permintaan umi, meskipun aku juga masih bingung. Ku pakai kerudung merahku, ku dandan secantik mungkin kemudian keluar bersama umi keruang tamu.
Di ruang tamu ada banyak sekali orang, aku yakin,mereka adalah pemilik mobil mobil mewah didepan sana.
“nanti sampai depan sana, salam ya, yang sopan”nasehat umi sebelum kami sampai di ruang tamu.
“assalamu’alaikum”seruku.
“walaikumsalam”semua orang menoleh dan menjawab salamku. Aku tetap menunduk. Tak ingin tau siapa yang datang, aku pikir itu tidak penting. Karna aku tau ini pasti rekan rekan abah.
“begini nadia, mereka datang melamarmu untuk putra beliau ini” sontak saja kata kata abah membuatku kaget. Aku langsung menoleh ke arah beliau yang dimaksud abah.
“abah ikut apa kata nadia, kebetulan calonnya belum datang,tadi sebenarnya sudah kesini, mengatakan sendiri maksud kedatangannya, namun karna suatu hal yang sangat penting dia pergi sebentar, mungkin habis ini juga balik lagi kesini.” Aku diam seribu bahasa, kulihat raut wajah umi, umi terlihat bahagia sekali, kulihat abah, dia juga sangan segan dengan orang tuanya. Tak pernah kulihat abah dan umi sebahagia ini. Aku makin penasaran. Sebenarnya siapa yang hendak melamarku.
“bagaimana nadia?” rupanya abah menanti keputusanku.
“ada seseorang yang bilang ke nadia bah, jika jodoh sudah datang, kita tak kan bisa menolaknya. Kalau memang nadia ditakdirkan untuk hidup bersamanya, nadia ikhlas bah,nadia tau Allah pasti pilihkan nadia jodoh yang paling baik.” Sebenarnya jawabanku ini tak berarti apa apa, karna aku juga belum memutuskan untuk mau menikah dengan anak mereka. Hatiku sebenarnya sakit, karna bukan ini yang kumau, yang kumau hanya mas azzam yang datang melamarku. Namun,melihat wajah umi dan abah yang begitu bahagia, aku tak tega menolaknya. Bagaimanapun dia nantinya, aku mungkin harus menerimanya. Demi umi.juga demi abah. Tak lama kemudian satu mobil datang lagi,dan berhenti didepan rumahku. Aku berpikir, pasti inilah yang dimaksud abah, inilah orang yang hendak menikahiku. Aku semakin tertunduk, aku takut. Aku harus benar benar rela melupakan mas azzam dan menjalani hidup dengan orang ini.
“assalamu’alaikum” serunya
“walaikumsallam”semua serentak menjawab, kecuali aku. Aku masih tertunduk, tak berani melihatnya.
“abbah, nadia boleh bicara?”aku harus mengatakan hal yang mengganjal dihatiku. Semua mata menatapku, suasana hening sejenak.
“maafkan nadia bah, kalau seumpama nadia lancang bicara. Nadia akan turuti permintaan abah, tapi nadia mohon dengarkan jeritan hati nadia.”
“nadia sudah jatuh hati bah,pada orang lain. Nadia kenal dia karna dia teman mas deden. Dia baik bah, pintar, dan nadia yakin nantinya menjadi imam yang baik untuk nadia. Tapi nadia sadar bah,dia tak cinta pada nadia,dia bilang akan melamar seseorang minggu ini. Hati nadia sakit bah, nadia hanya ingin menikah dengan orang itu. Nadia belum beruntung bah,mungkin Allah tak menghendaki kita bersama”
Ruang tamu itu kini sunyi,semua terpaku dengan ucapanku,termasuk abah.
“tapi nadia tetaplah anak abah, melihat raut bahagia di wajah umi dan abah, nadia tau umi dan abah menginginkan nadia menerima pinangan ini.”
“nadia,ini adalah hidupmu. Umi dan abah tak mungkin memaksamu. Abah akan dengarkan perkataan nadia. Kini cerita ke abah nak, siapa yang kau inginkan menjadi suamimu?biar abah yang bicara ke dia.” Abah yang keras kini melunak, tapi terlambat air mataku telah jatuh membasahi telapak tangan ku yang dingin ini. Aku tak mampu bicara,suaraku seakan hilang.
“mas azzam bah, mas azzam yang membuat nadia jatuh hati” suara serakku memecah keheningan.
Mendengar perkataanku abah tertawa,orang orang tertawa, umi juga tertawa sambil meneteskan air mata. Aku bingung, kulihat abah yang masih terus tertawa. Kutegapkan pandanganku. Terlihat sebuah senyum yang membuatku teramat malu. Senyum yang telah membuatku jatuh hati, senyum yang selalu kuimpikan, senyum seseorang yang kudamba jadi imamku kelak. Mas azzam??kenapa disini??.
“makanya tho nduk,kalau dibilang suruh lihat ya lihat. Malah menunduk saja mulai tadi. Ini mas azzammu yang kamu dambakan itu??”
abah tertawa lagi,kali ini makin keras. Aku tak tau apa yang harus kulakukan. Lagi lagi aku salah tingkah,bukan hanya dihadapan mas azzam saja,namun dihadapan calon mertuaku juga. Sungguh aku sangat malu.
“tanpa harus ku menunggu jawabanmu,kini aku sudah tau nadia”senyum itu semakin nyata.
“tidak,tidak mau. Tuh kan abah jadi tidak romantis. Kan sebenarnya mas harus tanya dulu,aku mau apa tidak!!” abah tertawa lagi. Mas azzam pun ikut tertawa.
“baiklah...nadia purnamasari,maukah engkau menjadi istriku, dan menemaniku disaat susah dan senang??”pintanyahttp://eemoticons.net
“ndak..ndak,apa apaan ini. Kenapa ngga bilang kalo mau ngelamar nadia mas?!!”kutarik pipi sebelah kanannya.
“kan benar kata kamu tadi,biar romantis”kata katanya mengundang gelak tawa semua yang ada kala itu.
Ternyata aku semakin paham, Allah ngga buta, Allah ngga tuli. Dia maha tau apa yang terbaik buat kita. Allah melihat tingkahku dan mendengar doa doa ku. Thanks ya Allah.
Aku cinta Allah.http://eemoticons.net



Selasa, 11 Juni 2013

Kandungan Anti Bakterial dalam Daun Sirih

Abstrak
Tanaman sirih merupakan tanaman dari famili Piperaceae yang memiliki manfaat sebagai tanaman obat. Tanaman sirih memiliki kandungan antibakterial yang tinggi yang terletak pada kandungan senyawa kimia dalam minyak atsiri daun sirih. Senyawa ini menyebabkan rasa dan aroma yang khas pada daun sirih. Senyawa kimia yang ada pada minyak atsiri daun sirih antara lain senyawa fenol dan senyawa turunannya antara lain kovikol, kavibetol, karvacol, katekin, eugenol, dan allilpyrocatechol. Senyawa ini dapat mengganggu aktifitas bakteri yang ada dalam tubuh manusia. Senyawa fenol dan turunanya dapat mengubah sifat protein sel bakteri sehingga aktifitas bakteri terganggu dan bakteri akan mati. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa konsentrasi daun sirih yang digunakan juga berpengaruh terhadap sifat antibacterial tersebut, sehingga diperlukan dosis yang tepat dalam penggunaan antibakterial ini. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan pada daun sirih sehingga pemanfaatan daun sirih dapat berkembang

selamat mencoba yah kawannn....
semoga bermanfaatttt

Kamis, 16 Mei 2013

UNIVERSITAS JEMBER

Hari ne saya akan berbicara sedikit tentang kampus sayaa yang teerrrcintaa
apa lagi kalo bukan universitas jember.....


Universitas Jember (UNEJ), adalah sebuah perguruan tinggi negeri  yang terletak di kabupaten Jember, Jawa timur. Kampus UNEJ berada di kawasan hijau yang ramah lingkungan sehingga memberikan ketenangan dalam melaksanakan kegiatan akademik. Sering teman teman saya dari universitas lain bilang katanya UNEJ itu kaya hutan....soalnya banyak pohon pohon gede yang ada disana,padahal sebenarnya kampus saya adalah tempat yang ideal untuk belajar, selain tidak terlalu panas,udaranya pun segar. 

Cikal bakal Universitas Jember berasal dari gagasan dr.R. Achmad bersama-sama dengan R.Th. Soengendi dan R.M. Soerachman yang bercita-cita mendirikan perguruan tinggi di Jember. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut pada tanggal 1 April 1957, ketiganya membentuk panitia yang diberi nama Panitia Triumviraat dengan komposisi Ketua dr. R. Achmad; Penulis R. Th. Soengedi, dan Bendahara R. M. Soerachman.

Selanjutnya Panitia  Triumviraat ini pada tanggal 5 Oktober 1957 membentuk yayasan dengan nama Yayasan Universitas Tawang Alun (disahkan dengan Akta Notaris tanggal 8 Maret 1958 Nomor 13 di Jember). Yayasan Universitas Tawang Alun inilah yang kemudian mendirikan universitas swasta di Jember dengan nama Universitas Tawang Alun yang kemudian disingkat UNITA. Dalam perjalanannya, ketiga tokoh tersebut mendapatkan dukungan penuh Bupati Jember saat itu, R. Soedjarwo.

Pada tahun 1959 tepatnya pada tanggal 26 Januari 1959, R. Soedjarwo diangkat sebagai Ketua Yayasan Unita. Secara kebetulan, pada periode 1957 sampai dengan 1964, R. Soedjarwo juga menjabat sebagai Ketua DPRD Swatantra. Boleh dikata, sebagai Bupati Jember waktu itu, R. Soedjarwo mempunyai perhatian cukup besar terhadap pembangunan pendidikan di Kabupaten Jember. Mengingat bahwa anggaran pemerintah saat itu masih sangat terbatas. Maka, untuk menunjang bidang pendidikan, R. Soedjarwo bersama tokoh-tokoh masyarakat kemudian mendirikan Yayasan Pendidikan Kabupaten Jember (YPKD) dengan menggali dana dari masyarakat untuk menunjang dunia pendidikan. Salah satu cara yang unik dalam mengumpulkan dana, R. Soedjarwo minta sumbangan dari masyarakat Kabupaten Jember berupa buah kelapa dan botol kosong untuk dijual. Selanjutnya dananya dipergunakan untuk membantu Unita dan sekolah-sekolah yang lain. Untuk membesarkan Unita, R. Soedjarwo kemudian membantu mendirikan gedung kampus Unita yang ada di jalan PB Sudirman seluas 656 meter persegi. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 2.160 meter persegi dengan biaya pembangunan sebesar Rp 23.243,66. Dana tersebut bersumber dari dana YPKD. Sejak tahun 1960, Unita semakin berkembang. Jumlah fakultas, satu demi satu bertambah. Meliputi, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Pertanian. Pada awal 1961 Yayasan Unita mulai merintis upaya agar Unita bisa berstatus negeri. Untuk itu, R. Soedjarwo mengadakan koordinasi dengan segenap pengurus yayasan, pengurus Unita, tokoh-tokoh daerah, termasuk anggota DPRD. Sidang DPRD pada 19 April 1961 akhirnya menghasilkan keputusan menetapkan resolusi. 
Resolusi tersebut isinya menyangkut beberapa hal. Pertama, tentang memperkuat ide pembukaan Fakultas Kedokteran, kedua mengirim delegasi yang terdiri dari Ketua DPRD menghadap Pemerintah Pusat, dan ketiga Universitas Tawang Alun agar diakui sebagai Universitas Negeri. Langkah selanjutnya, Yayasan Unita mengirim beberapa delegasi untuk menghadap Menteri PTIP waktu itu dipegang Prof Mr Iwa Kusumasumantri. Hasilnya memberikan harapan baru, pemerintah akan menegerikan Unita bersama-sama dengan Unibraw pada 20 Mei 1962. 

Untuk menyongsong rencana tersebut, Yayasan Unita kemudian mengirim kembali delegasinya pada 14-24 Maret 1962. Namun di luar dugaan, telah terjadi pergantian Menteri PTIP, yaitu Prof Dr Ir Thoyib Hadiwidjaja yang mempunyai kebijakan baru bahwa tidak membenarkan penegerian dua universitas dalam satu provinsi secara bersamaan. Akibat penundaan penegerian Unita tersebut, Unita akhirnya diintegrasikan ke Universitas Brawidjaya Malang berdasarkan SK Menteri PTIP No1, tertanggal 5 Januari 1963. Hal ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat Jember dan mahasiswa Unita khususnya. Melihat hambatan tersebut R. Soedjarwo terus berusaha dengan mengirim delegasi ke Jakarta hingga mendapat dukungan dari DPRD untuk mendesak pemerintah pusat untuk menegerikan Unita menjadi universitas negeri secepatnya. Jerih payah R. Soedjarwo dengan dibantu pihak-pihak terkait, akhirnya membuahkan hasil dengan terbitnya SK Menteri PTIP No 153 tahun 1964 tertanggal 9 November 1964 tentang Didirikannya Sebuah Universitas Negeri Jember.

Sebagai penghargaan untuk ketiga tokoh yang ikut andil dalam terwujudnya Universitas Jember ini, Pihak Universitas membangun monumen ini

 


Sekarang ini sudah ada 13 fakultas yang ada di universitas jember,antara lain:
  1. Fakultas  Hukum
  2. Fakultas Sastra
  3. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 
  4. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
  5. Fakultas Ekonomi
  6. Fakultas Pertanian
  7. Fakultas Kedokteran Gigi
  8. Fakultas Teknologi Pertanian 
  9. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 
  10. Fakultas Teknik
  11. Fakultas Kedokteran 
  12. Fakultas Kesehatan Masyarakat
  13. Fakultas Farmasi 
  14. Program Studi Ilmu Keperawatan
  15. Program Studi Sistem Informasi 
  16. Program Pasca Sarjana



Selasa, 14 Mei 2013

Wisatanya wong using


Siapa yang tak kenal Bayuwangi,kota yang terkenal dengan julukan sunrise of java ini memiliki sejuta pesona yang tak kalah dengan kota kota wisata lainnya. Letaknya yang berada di sebelah selatan pulau jawa ini sangat sayang terlewatkan. Banyuwangi memiliki luas wilayah Luasnya 5.782,50 km2  yang kenyakan adalah dikelilingi lautan dengan pantai pantai indahnya. Mungkin para turis hanya mengenal Banyuwangi ketika ia akan menyebrang ke pulau Bali,melewati pelabuhan ketapang namun tanpa disadari sebenarnya Banyuwangi sendiri memiliki keindahan yang tak kalah dengan pulau Bali.
Tak pernah dengarkah anda tentang “teluk ijo”???
Waahhh....bakal nyesel kalo ga pernah ke teluk ijo,
Teluk ijo merupakan salah satu pantai teerrrrinnndaahhh yang pernah saya kunjungi. Letaknya yang jauh dari kota membuat pantai ini jarang dikunjungi oleh wisatawan. Selain itu,medan yang harus ditempuh pun cukup membuat badan lemes ketika menjangkaunya. Tapppiii..taukah anda...
teluk ijo itu...woooww....

Pasir putih yang membentang di pesisir pantainya sungguh membuat kita yang liat pengen maen maen pasir kaya waktu kecil itu lho guys,
Sebenernya saya juga pertama kali kesana..bareng bareng ma temen temen SMA waktu itu,dan itu cukup menguras tenaga
Lihatlah wajah wajah melas kita waktu nyusuri jalan mau ke teluk ijo neh....
Pkoknya musti siap fisik n mental dehh...


Padahal ini belum  nyampek ke teluk ijonya lho...
Jangan sampai terjebak dengan pantai yang penuh dengan batu (yang mirip batu sungai) ini guys, karena bukan itu yang disebut dengan Teluk Hijau. Tetapi teruslah berjalan di tepi pantai hingga melewati sedikit semak atau perdu iaahh..emang sedikit menguras tenaga siihh,ibarat kata ne berakit rakit dahulu berenang renang kecapean guys,hahahaa
Setelah melewati semak semak baru lah kita menemukan si “Teluk ijo”  ne guys,

Penasaran sama keindahan teluk ijo ini..buruan ke Banyuwangi iahhh...